Pengalaman dan Kiat Membangun Bisnis ICT di Indonesia
Pada tanggal 16 Februari 2012, bertempat di Gedung Pesona Edu, Gondangdia Lama, Menteng, Jakarta Pusat, ASPILUKI mengadakan Lokakarya dengan tema Pengalaman dan Kiat Membangun Bisnis ICT di Indonesia. Narasumbernya adalah pimpinan dari 2 anggota ASPILUKI yaitu Bpk. Toto Sugiri (PT Indonet) dan Bpk. Hary Candra (PT Pesona Edukasi).
Berikut ini adalah pengalaman dan kiat para narasumber yang telah berkecimpung di bidangnya masing-masing selama lebih dari 20 tahun.
Bpk. Toto Sugiri:
Pada awal terjun ke bisnis software, motivasi pak Toto adalah ingin membuat sesuatu yang bermanfaat. Misalnya bagaimana teller bank bisa pulang lebih cepat. Ketika fungsi itu sudah dipenuhi, maka akan muncul kebutuhan baru, dan demikian seterusnya.
Setelah membangun aplikasi perbankan, ambisi pak Toto untuk mengembangkan software Indonesia diwujudkan dengan membangun Bali Camp.
Ketika ditanya jika waktu bisa diputar kembali, perubahan apa yang akan ia lakukan, beliau menjawab, “belajar dari pengalaman menjalankan Bali Camp… saya akan mulai usaha di luar Indonesia, di suatu negara yang business environmentnya lebih kondusif dan didukung oleh pemerintah. Setelah sukses dan dikenal, baru saya akan pindahkan usaha tsb ke Indonesia”.
Selain itu, dari pengalamannya, pak Toto melihat bahwa dalam hal pengembangan software lokal, potensi orang Indonesia yang seharusnya di manfaatkan adalah kemampuan artistik. Namun, untuk mengubah potensi itu menjadi suatu keunggulan yang bisa dijual, diperlukan sekolah yang bermutu untuk membina SDMnya.
Dalam hal masalah sumber daya di perusahaan software kecil, dimana tenaga yang setelah pintar kemudian pindah, saran pak Toto adalah dibuat SOP yang efektif sehingga waktu training untuk SDM baru bisa lebih singkat.
Bpk. Hary Candra:
Petunjuk dari pak Hary untuk wirausahawan Indonesia, yaitu: bangun usaha di mana ada minimal kompetisi, berani tampil beda (dare to be different), berani membuat perubahan ( dare to change).
Pak Hary memilih usaha software pendidikan karena menyadari tidak mungkin bisa melawan Disney atau Dora Emon yang sudah sangat kuat dan terkenal. Pelaku bisnis software pendidikan tidak ada yang sangat dominan sehingga lebih mudah untuk berkembang.
Salah satu titik keberhasilan yang penting : setelah melewati 3 kali sertifikasi, Departemen Pendidikan Singapura akhirnya memilih software fisika Pesona Edu untuk dipakai oleh semua sekolah menengah pertama di Singapura. Keunggulan software fisika ini adalah antara lain bisa mengakomodasi percobaan yang tidak mungkin dilakukan secara fisik.
Tantangan yang di hadapi : saat ini Pesona Edu baru bisa memenuhi 60% dari permintaan Dep. Pendidikan Singapura tersebut. Beberapa pembuat software lokal yang di ajak kerjasama ternyata kurang antusias mengambil peluang ini karena merasa lebih berminat dan lebih mudah mengerjakan software untuk game. Padahal sebenarnya kesempatan untuk sukses sangat kecil, karena harus bersaing dengan perusahaan game software yang sudah menguasai pasar global.
Ada kekhawatiran bahwa SDM muda kita cenderung cepat puas, dan bersikap untuk apa susah-susah menciptakan ide baru kalau bisa menjiplak atau ikut-ikutan trend. Dalam era pasar global, keberhasilan wirausahawan software bergantung kepada keberaniannya untuk tampil beda, memilih peluang yang belum digarap/diminati oleh banyak orang.
Dalam hal ini, pak Hary sangat menyayangi bahwa belum ada arahan yang spesifik dari pemerintah mengenai fokus industri yang ingin dikembangkan dan kurangnya data yang akurat. Oleh karena itu, wirausahawan harus pandai menentukan bidang usaha yang sesuai dengan modal keunggulan, keahlian, sarana yang dimiliki. Ini sangat penting selain untuk berhasil juga untuk mempertahankan keberhasilan tersebut.
Pak Toto dan Pak Hary sama-sama setuju bahwa wirausahawan harus berpikir jauh ke depan dan perlu membangun keahlian dan keunggulan melalui management of challenges.
Misalnya usaha untuk mengatasi kekurangan SDM.
Tersedianya SDM yang berkualitas merupakan faktor yang penting untuk memajukan industri software lokal.
Idealnya, sejak pendidikan dasar, anak-anak telah diperkenalkan dengan bidang pekerjaan yang ada, sehingga mereka memiliki visi dan cita-cita, bisa termotivasi dan tahu apa yang mereka bisa persiapkan. Fenomena ini bisa dilihat dalam pemilihan jurusan di perguruan tinggi. Jurusan Bisnis dan Ekonomi sangat populer, dan sebaliknya, jurusan matematika dan statistik tidak populer. Padahal, untuk pembangunan software, diperlukan lebih banyak lulusan matematika dan statistik.
Sebagai akhir kata, dengan penduduk yang sangat besar jumlahnya, salah satu peluang utama bagi industri software lokal adalah pengembangan aplikasi yang dapat memenuhi kebutuhan rakyat Indonesia.
Author